right_side

Mengenai Saya

Foto saya
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
Hemat, Cermat , dan bersahaja itu lah Motto hidup yang harus kita Jalani, lakukan segala sesuatu dengan ikhlas

Pengikut


Myspace Photo Calendar
Backgrounds From myglitterspace.Com

Recent Posts

Obrolan Sahabat Blogger !!!

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x
JellyMuffin.com - The place for profile layouts, flash generators, glitter graphics, backgrounds and codes
In:

SEGO BORAN

Itulah makanan yang biasa warga Lamongan sering bilang, karena Nama Sego Boran berasal dari tempat menyimpan nasi, boran. “Makanya disebut nasi boranan, di Lamongan banyak sekali yang menjual makanan ini, selain rasanya yang mantap, enak, maknyusss, dan edan... ini, sensasi sambal yang luar biasa mampu memikat hati para pecinta " Sego Boran ". bagi warga Lamongan tidak lah asing lagi untuk mencicipi masakan ini, tapi untuk para pelancong luar kota yang masih belom tahu sejenis makanan apakah ini, ndak usah kawatir karena saya disini akan mengulas semua tentang " Sego Boranan " untuk anda para pelancong luar negeri, kalau di kota - kota lain terkenal dengan makanan khasnya masing - masing di Lamongan tidak kalah khasnya dengan masakan - masakan dari kota Lain. okey langsung saja yah secara detail tentang " Sego Boran "

Biasanya warga Lamongan menyantap sego boran disaat sarapan pagi, mengapa ??? karena kenikmatan, dan cita rasa yang dimunculkan dari nasi boran ini muncul saat dihidangkan di pagi hari dengan ditemani segelas teh hangat, atau kopi, atau juga susu coklat hangat. hemm.... sungguh nikmat sekali, tapi jika anda yang ndak biasa makan makanan pedas di pagi hari lebih baik hindari makan sego boran ini di pagi ini, karena sego boran ini juga nikmat jika disantap di sore atau malam hari.

Sego Boran nikmat disantap dengan memakai alas daun pisang, kenapa ??? karena aroma daun pisang membuat masakan menjadi sedap harum dan nikmat dengan nasi panas di atasnya disertai dengan sambal Sego Boran, disertai dengan aksesoris pilihan yang terdiri dari kerawu, empuk. Empuk merupakan campuran tepung beras, gaplek, dan terigu. Adonan ini dibentuk bulatan kecil dan digoreng. Rasanya gurih karena dicampur bawang putih dan garam, ada juga gimbal poho dibuat dari singkong dan parutan kelapa. Sama seperti empuk, gimbal poho dimatangkan dengan cara digoreng , nasi boran kurang lengkap tanpa adanya rempeyek. Lauk yang disediakan sego boran bisa kita pilih sesuai selera kita, saya biasa memesen lauk ceker ayam karena ceker adalah lauk kesukaanku, ada juga penjual sego boran yang menyediakan sate jerohan ayam. yang terdiri dari usus ayam, telor kuning bundar, hati ayam dll. benar - benar menggoda setiap orang yang memakannya.. yumi dechh dijamin bakal ketagihan pengen ke Lamongan terus to bisa nikmati sedap dan enaknya Sego Boran.

Di Lamongan banyak sekali ditemukan penjual Sego Boran, hampir disetiap sudut kota lamongan berjejer penjual sego boran, biasanya tempat mangkal para penjual nasi boran yang banyak berada di Jl. KH. Ahmad Dahlan tepatnya di depan RS. BP Muhammadiyah Lamongan, ada juga disekeliling Alun-alun kota, di Pasar LI dan di Sawahan. Peminat sego boranan tidak cuma dari Lamongan. Warga kota lain yang singgah di sini, senang juga mencoba kelezatan nasi boranan. Apalagi harganya cukup terjangkau, sudah lengkap dengan sepotong ikan atau ayam goreng. Tunggu apa lagi ayo segera cicipi dan nikmati kelezatan dari sego boran !!!!
Selengkapnya...

In:

MENGENAL LAMONGAN LEBIH DEKAT

Dahulu Lamongan merupakan pintu gerbang menuju ke Kerajaan Kahuripan, Kerajaan Panjalu, Kerajaan Jenggala, Kerajaan Singosari atau Kerajaan Mojopahit, yang berada pada ujung Galuh, Canggu dan Kembang Putih (Tuban ). Setelah itu tumbuh pelabuhan Sedayu Lawas dan Gujaratan ( Gresik ) , yang merupakan daerah yang sangat ramai sebagai penyambung hubungan dengan Kerajaan di luar Jawa bahkan sampai ke Luar Negeri.

Pada saat zaman Kerajaan Medang Kamulan, yang terletak di Jawa Timur, di Lamongan berkembang Kerajaan kecil Malwapati yang dipimpin oleh Raja Agung Angling Dharma dibantu Patih Sakti Batik Madrim termasuk kawasan Bojonegoro kuno. Saat ini masih tersimpan baik, sumping dan baju Angling Dharma didusun tersebut. ( Hampir- hampir mirip dengan cerita filem Angling Dharma yang disiarkan di Indosiar ) . Di sebelah barat berdiri sebuah Kerajaan Rajekwesi di dekat kota Bojonegoro sekarang.

Pada waktu Kerajaan Majapahit dipimpin Raja Hayam Wuruk (1350 -1389) kawasan kanan kiri Bengawan Solo menjadi daerah Pardikan. Yang merupakan daerah penyangga ekonomi Mojopahit dan jalan menuju pelabuhan Kambang Putih. Wilayah ini disebut Daerah Swatantra Pamotan dibawah kendali Bhre Pamotan atau Sri Baduga Bhrameswara paman Raja Hayam Wuruk, pada saat itu di bawah kendali Bhre Wengker. Daerah swatantra Pamotan meliputi 3 kawasan pemerintahan Akuwu , meliputi Daerah Bluluk Daerah Tenggulun Solokuro, dan daerah Padangan Bojonegoro.

Menurut buku Negara Kertagama telah berdiri pusat pengkaderan para cantrik yang mondok di Wonosrama Budha Syiwa yang bertempat di desa Blawi Karangbinangun, di Sendang Duwur Paciran, di Lopang Kembangbahu dan di desa Lawak Ngimbang. Desa Babat kecamatan Babat ditengarahi terjadi perang Bubat, sebab saat itu babat salah satu tempat penyeberangan diantara 42 tempat sepanjang aliran bengawan Solo. Berita ini terdapat dalam Prasasti Biluluk yang tersimpan di Musium Gajah Jakarta, berupa lempengan tembaga serta 39 gurit di Lamongan yang tersebar di Pegunungan Kendeng bagian Timur dan beberapa tempat lainnya.
Menjelang keruntuhan Mojopahit tahun 1478M, Lamongan saat itu dibawah kekuasaaan Keerajaan Singosari bergantian dengan Kerajaan Kertosono yang dikenal dengan kawasan Gunung Kendeng Wetan dipimpin oleh Demung, dan bertempat disekitar Candi Budha Syiwa di Mantup. Setelah itu dipimpin Rakrian Rangga samapi 1542M ( petilasan di Mushalla KH.M.Mastoer Asnawi kranggan kota Lamongan ). Kekuasaan Mojopahit di bawah kendali Ario Jimbun anak Prabu Brawijaya V di Galgahwangi yang berganti Demak Bintoro bergelar Sultan Alam Akbar Al Fatah 1500 – 1518, lalu diganti anaknya, Adipati Unus 1518 -1521 M , Sultan Trenggono 1521 – 1546 M.

Dalam mengembangkan ambisinya, Sultan Trenggono mengutus Sunan Gunung Jati ke wilayah barat untuk menaklukkan Banten, Jayakarta, dan Cirebon. Ke timur langsung dipimpin Sultan sendiri menyerbu Lasem, Tuban dan Surabaya sebelum menyerang Kerajaan Blambangan. Pada saat menaklukkan Surabaya dan sekitarnya, pemerintahan Rakryan Rangga Kali Segunting, ditaklukkan sendiri oleh Sultan Trenggono 1541 . Namun tahun 1542 terjadi pertempuran hebat antara pasukan Rakkryan Kali Segunting dibantu Kerajaan Singosari dan Kerajaan Kertosono Nganjuk dibawah pimpinan Ki Ageng Angsa dan Ki Ageng Panuluh, dan mampu ditaklukkan pasukan Kesultanan Demak yang dipimpin Raden Abu Amin, Panji Laras, Panji Liris. Pertempuran sengit terjadi didaerah Bandung, Kalibumbung, Tambakboyo dan sekitarnya.
Tahun 1543M, dimulailah Pemerintahan Islam yang direstui Sunan Giri III, oleh Sultan Trenggono ditunjuklah R.Abu Amin untuk memimpin Karanggan Kali Segunting, yang wilayahnya diapit kali Lamong dan kali Solo. Wilayah utara kali Solo menjadi wilayah Tuban, perdikan Drajat, Sidayu, sedang wilayah selatan kali Lamong masih menjadi wilayah Japanan dan Jombang. Tahun 1556 M R.Abu Amin wafat digantikan oleh R.Hadi yang masih paman Sunan Giri III sebagai Rangga Hadi 1556 -1569M Tepat hari Kamis pahing 10 Dzulhijjah 976H atau bertepatan 26 mei 1569M, Rangga Hadi dilantik menjadi Tumenggung Lamong bergelar Tumenggung Surajaya hingga tahun 1607 dan dimakamkan di Kelurahan Tumenggungan kecamatan Lamongan dikenal dengan Makam Mbah Lamong.

Setelah Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945, daerah Lamongan menjadi daerah garis depan melawan tentara pendudukan Belanda, perencanaan serangan 10 Nopember Surabaya juga dilakukan Bung Tomo dengan mengunjungi dulu Kyai Lamongan dengan pekikan khas pembakar semangat Allahu Akbar. Lamongan yang dulunya daerah miskin dan langganan banjir, berangsur-angsur bangkit menjadi daerah makmur dan menjadi rujukan daerah lain dalam pengentasan banjir. Dulu ada pameo “ Wong Lamongan nek rendeng gak iso ndodok, nek ketigo gak iso cewok “ tapi kini diatasi dengan semboyan dari Sunan Drajat, Derajate para Sunan dan Kyai “ Memayu Raharjaning Praja “ yang benar –benar dilakukan dengan perubahan mendasar, dalam mensejahterahkan rakyatnya masih memegang budaya kebersamaan saling membantu sesuai pesan kanjeng Sunan Drajat “ Menehono mangan marang wong kangluwe, menehono paying marang wong kang kudanan , menehono teken marang wong kang wutho, menehono busono marang wong kang wudho “

Kabupaten Lamongan yang sekarang dikomandani H.Masfuk sebagai Bupati periode ke 2 dan H.Tsalis Fahmi sebagai wakil Bupati melejit , dengan terobosannya yang menjadi perbincangan Nasional. Yang menonjol selama ini menjadi Ikon Wisata Bahari Lamongan, Lamongan Integrated Sharebased, Proyek Pelabuhan Rakyat, dan Proyek Lapangan Terbang dan Eksplorasi minyak Balong Wangi Sarirejo,memungkinkan datangnya investasi baik dari dalam negeri maupun investor luar negeri. Dengan tangan dinginnya PKL ditata rapi, Kelancara jalan desa dan pengairan ditata sedemikian rupa, termasuk memberikan Bea siswa bagi siswa dan mahasiswa berprestasi yang ekonominya kurang beruntung, dan nantinya jika telah menyelesaikan studynya bisa kembali dan menyumbangkan pikiran dan kemampuannya demi kemajuan Lamongan. Sungguh betapa Lamongan sekarang menjadi kota yang makmur, berkualitas tidak kalah dengan kota- kota yang lain. Lamongan sekarang Berjaya berkat pimpinan Bupati kita Bapak H. Masfuk beserta wakil Bupati kita H. Tsalis Fahmi sekarang Lamongan lebih berpotensi dan Berjaya. Saya sangat bangga menjadi Warga Lamongan kita pun semua harus bangga menjadi warga Lamongan.
Selengkapnya...

In:

SEJARAH HARI JADI KOTA LAMONGAN

Sudah pada denger belom sejarah hari jadi kota Lamongan, kalau masih ada yang belum tahu begini – nih ceritanya simak baik – baik yach….., coz penting banget nich sobat – sobat, masak warga Lamongan gak tahu sejarahnya heheheheh kan jadi malu – malu dong kayak lagunya T2 heheheh… okey langsung aja begini ceritanya :
Masyarakat kota Lamongan beserta Pemerintah Daerah Tingkat II Lamongan telah berhasil menemukan hari jadi kota Lamongan, setelah melalui beberapa riset panjang yang telah dilakukan oleh masyarakat sekitar dan juga Pemerintah Daerah Tingkat II Lamongan, ditepatkanlah hari jadi kota Lamongan yaitu pada hari Kamis Pahing tanggal 10 Djulhijjah Tahun 976 Hijriah, atau hari Kamis Pahing tanggal 26 Mei 1569 Masehi. Bahwasannya hari jadi kota Lamongan tersebut diambil dan ditetapkan dari hari dan tanggal diwisudanya Adipati Lamongan yang pertama, yaitu TUMENGGUNG SURAJAYA “.
Tumenggung Suraja dikala beliau berusia muda beliau sering disebut dengan nama Hadi, beliau berasal dari dusun Cancing yang sekarang termasuk Wilayah Desa Sendangrejo Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan. Sejak masih muda Beliau sudah nyuwito di Kasunanan Giri dan menjadi seorang santri yang dikasihi oleh Kanjeng Sunan Giri karena sifatnya yang baik, pemuda yang trampil, cakap, serta cepat menguasahi ajaran agama islam serta seluk beluk pemerintahan. Karena pertimbangan itu akhirnya Sunan Giri menunjuk Hadi untuk melaksanakan perintah menyebarkan agama Islam dan sekaligus mengatur pemerintahan dan kehidupan Rakyat di Kawasan yang terletak di sebelah barat Kasunanan Giri yang bernama Kenduruan. Untuk melaksanakan tugas berat tersebut Sunan Giri memberikan Pangkat Rangga kepada Hadi menjadi RANGGAHADI. Seiring dengan berjalannya waktu Ranggahadi kemudian juga disebut sebagai mbah Lamong yaitu sebutan yang diberikan oleh masyarakat sekitar Lamongan.
Karena Ranggahadi pandai sekali dalam ngemong Rakyat, pandai membina daerah serta mahir dalam menyebarkan agama islam dan dicintai oleh seluruh rakyatnya dari asal kata mbah Lamong lah kawasan ini terkenal dengan sebutan LAMONGAN.
Adapun yang mewisudai Tumenggung Surajaya menjadi Adipati Lamongan yang pertama, tidak lain dan tidak bukan adalah Kanjeng Sunan Giri IV yang bergelar Sunan Prapen. Wisuda tersebut bertepatan dengan hari pesamuan agung yang diselenggarakan di Puri Kasunanan Giri di Gresik, yang dihadiri oleh pembesar yang sudah masuk agama islam dan para Sentana Agung Kasunanan Giri. Pelsanaan Pasamuan Agung tersebut bertepatan dengan peringatan Hari Besar Islam yaitu Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah.
Ringkas sejarah, Ranggahadi dengan segenap pengikutnya dengan naik perahu melalui Kali Lamong, akhirnya dapat menemukan tempat yang bernama Kenduruan itu. Adapun kawasan yang disebut kenduruan, berstatus kampung di kelurahan Sidokumpul wilayah kecamatan Lamongan. Di daerah baru tersebut ternyata semua usaha dan rencana Ranggahadi dapat berjalan dengan mudah dan lancer, terutama di dalam usaha menyebarkan agama islam, mengatur pemerintahan dan kehidupan masyarakat. Bahkan Pesantren untuk menyebarkan Agama Islam peninggalan Rangga Hadi sampai sekarang masih ada.
Kembali kepada sejarah terbentuknya Lamongan, Berbeda dengan daerah – daerah Kabupaten lain khususnya di Jawa Timur yang kebanyakan mengambil sumber dari sesuatu prasasti, atau dari suatu Candid an dari peninggalan sejarah yang lain, tetapi hari lahir Lamongan mengambil sumber dari buku wasiat, Silsilah Kanjeng Sunan giri yang ditulis tangan dalam huruf Jawa Kuno / Lama yang disimpan oleh juru kunci Makam Giri di Gresik. Almarhum Bapak Muhammad Baddawi di dalam buku tersebut ditulis, bahwa “ Diwisudanya Tumenggung Surajaya menjadi Adipati Lamongan dilakukan dalam pesamuan agung di Tahun 976 H. yang di tulis dalam buku wasiat tersebut memang hanya tahunan saja, sedangkan tanggal, hari dan bulannya tidak dituliskan.
Oleh sebab itu, Panitia Khusus Penggali Hari Jadi Kota Lamongan mencari sebuah pembuktian sebagai dasar yang kuat guna mencari dan menetapkan tanggal, hari dan bulannya. Setelah Panitia menulusuri buku sejarah, terutama yang bersangkutan dengan Kesunanan Giri, serta sejarah para wali dan adat istiadat di waktu itu, akhirnya dengan susahpayah dan kerja keras serta semangat yang tinggi Panitia menemukan bukti, bahwa adat atau tradisi kuno yang berlaku di zaman Kasunanan Giri dan Kerajaan Islam di Jawa waktu itu, selalu melaksanakan pesamuan agung yang utama dengan memanggil menghadap para Adipati. Tumenggung serta para pembesar lainnya yang sudah memeluk agama Islam. Pesamuan Agung tersebut dilaksanakan bersamaan dengan Hari Besar Islam tanggal 10 Dzulhijjah yang disebut Grebeg Besar atau Idhul Adha.
Dengan demikian, jelas bahwa perkembangan daerah Lamongan sampai akhirnya menjadi wilayah Kabupaten Lamongan sepenuhnya berlangsung dijaman keislaman dengan Kesultanan Pajang sebagai pusat pemerintahan. Tetapi yang bertindak meningkatkan Kranggan Lamongan menjadi Kabupaten Lamongan serta yang mengangkat/ mewisudai Surajaya menjadi Adipati Lamongan yang pertama bukanlah Sultan Pajang melainkan Kanjeng Sunan Giri IV. Hal itu disebabkan Kanjeng Sunan Giri prihatin terhadap Kesultanan Pajang yang selalu resah dan situasi pemerintahan yang kurang mantap. Disamping itu Kanjeng Sunan Giri juga merasa prihatin dengan adanya ancaman dan ulah para pedagang asing dari Eropa yaitu orang Portugis yang ingin menguasahi Nusantara khususnya Pulau Jawa.
Nach gimana, dah pada tahu kan sekarang, oleh karena itu kita sebagai warga Lamongan harus selalu bangga dengan kota kita tercinta, jangan pek malu – maluin Okey Good Luck to sobat blogger.


Selengkapnya...