SEJARAH LARANGAN MEMAKAN IKAN LELE BAGI WARGA LAMONGAN
Wah…wah ….. sobat blogger tahu ikan lele kan…. Ikan yang paling tampan berkumis tipis….., pasti tahu dong…. Udah pada nyoba makan belom….., duch… pasti enak banget dech kalau dimasak dengan sambel ulek pakek lalapan, nyam..nyam….., atau dibuat pecel Lele wah..wah… ndak bias diungkapin dengan kata – kata dech Poko’e Maknyusss….. ( Kata Pak Bondan ) he..he… , Tapi….. buat para pecinta Lele n khususnya bagi warga Lamongan dah pernah denger ndak tentang larangan warga Lamongan soal memakan Lele, bener ndak bener seh, kalau asal jangan usul kalau usul ndak boleh asal ( pa hubungannya ) gini ceritanya :
Dahulu kala ada seorang perempuan yang sangat sholehah, yang sudah beberapa bulan ini ditinggalkan oleh suaminya pada saat melahirkan putranya pada waktu fajar mulai terbenam, tujuh hari kemudian diadakan selamatan dirumahnya dengan mengundang masyarakat sekitar untuk memberikan do’anya. Putra dari perempuan tersebut diberi nama Boyo Pati. Boyo Pati kecil tumbuh dan berkembang dalam asuhan dan didikan ibunya hingga tumbuh dewasa, kemudian ia nyantri di pesantren yang dipimpin oleh Kanjeng Sunan Giri di Giri Kedaton. Setelah beberapa tahun menjadi santri dan mengikuti dakwah yang dilakukan Kanjeng Sunan Giri bersama santri – santri yang lain Boyo Pati memohon izin kepada Kanjeng Sunan Giri untuk dapat pulang menjenguk ibunya yang sudah tua.
Kanjeng Sunan Giri mengizinkan Boyo Pati untuk berkunjung ke rumah ibunya, setelah beberapa waktu tinggal di rumah dan merawat ibunya yang sendirian hingga wafatnya, Boyo Pati kembali ke Giri Kedaton untuk melanjutkan dakwah bersama dengan Kanjeng Sunan Giri, namunpada waktu yang hamper bersamaan Kanjeng Sunan Giri sedang mencari santri yang sanggup untuk mengemban sebuah misi yang sangat berat.
Suatu ketika Kanjeng Sunan Giri silaturrohim ke rumah Mbok Rondo yang ada di Lamongan, Mbok Rondo adalah orang yang alim dan sakti di Lamongan, Kanjeng Sunan Giri mengenal mbok Rondo sewaktu di Mekkah dan Kanjeng Sunan Giri pun sering sekali menemui mbok rondo di Mekkah, hal tersebut sedikit membuktikan kebenaran yang berkembang di tengah masyarakat waktu itu, karena konon Mbok Rondo tidak pernah sholat kecuali di Mekkah. Pada waktu bersilaturrohim ke rumahnya, keris pusaka Kanjeng Sunan Giri tertinggal disana dan Kanjeng Sunan Giri berniat untuk mencari orang yang sanggup untuk mengambilnya tanpa diketahui oleh mbok Rondo.
Pada saat itu datang Boyo Pati menghadap Kanjeng Sunan Giri untuk menawarkan diri dan menyatakan kesanggupan untuk mengambil keris pusaka yang tertinggal di rumah Mbok Rondo tanpa diketahui oleh pemilik rumahnya. Namun Kanjeng Sunan Giri tidak begitu mempercayai dengan kemampuan yang dimiliki Boyo Pati, maka Kanjeng Sunan memberikan kesempatan kepada Boyo Pati untuk dapat menunjukkan dan membuktikan kesaktian sebelum mengemban misi tersebut, yaitu dengan memasuki rumah Kanjeng Sunan.
Saat hari sudah mulai gelap dan semua santri diperintahkan untuk mengkosongkan rumah dan supaya beristirahat di surau dan asrama, kemudian Kanjeng Sunan mengunci seluruh pintu dan menutup semua lubang cahaya dengan kesaktiannya, dan kemudian beliau beristirahat di kamarnya yang juga terkunci dengan kesaktiannya. Tanpa diaketahui siapapun akan apa yang terjadi pada malam itu, karena ketika Kanjeng Sunan terbangun tengah malam Kanjeng Sunan Giri telah menemukan dirinya telah berpindah tempat dan sudah berada di teras depan rumah beralaskan tikar pandan. Kanjeng Sunan heran dan takjub dengan kesaktian yang dimiliki oleh Boyo Pati, karena bukan sesuatu yang pisah ( tidak menempel ) darbi dirinya yang berpindah tempat melainkan dirinya sendiri telah dipindahkan dari kamar tidur ke teras depan rumah tanpa teasa apa – apa.
Kanjeng Sunan Giri telah mengakui ilmu dan kesaktian Boyo Pati, maka beliau pun mengizinkan Boyo Pati untuk mengemban misi mengambil keris yang berada di rumah Mbok Rondo di Lamongan yang sakti dan berilmu tinggi. Sebelum melepas keberangkatan Boyo Pati beliau berpesan kepadanya untuk berhati-hati karena mbok rondo mempunyai kucing peliharaan yang amat disayangi, yang bisa mengetahu siapa saja yang mendatangi rumah majikannya dengan cara apapun.
Dengan mengingat pesan dan nasehat kanjeng sunan, sehabis Ashar Boyo Pati berangkat menuju ke rumah Mbok Rondo untuk mengambil keris pusaka milik kanjeng sunan Giri, Boyo Pati adalah orang sakti yang tahu apa yang harus dilakukan, maka dengan kesaktiannya ia merubah wujud menjadi seekor kucing dia memasuki rumah Mbok Rondo, sambil berjalan kesana kemari matanya mencari sesuatu. Ketika memasuki ruang tengah dia bertemu dengan seorang perempuan setengah baya yang sedang menenun kain, dan tepat di atasnya sebuah keris pusaka menempel di dinding, sepertinya Mbok Rondo sengaja keris tersebut ditaruh di tempat yang tidak jauh dari dirinya.
Mbok rondo yang menyayangi semua binatang dan memiliki peliharaan kucing pun mendekati kucing didepannya, mengambil dan menggendong dipangkuannya, namun ketika Mbok Rondo hendak meneruskan pekerjaannya menenun kain ia kaget melihat kucing peliharaanya datang dengan menyerang kucing yang berada di pangkuannya, pada saat yang hampir bersamaan, kucing yang dipangkunya meloncat dan menyambar keris yang berada di dinding kemudian lari keluar rumah berubah wujud aslinya yaitu Boyo Pati. Mbok rondo pun berteriak meminta tolong bahwa maling telah masuk rumahnya dan mencuri keris kanjeng sunan Giri. Para santri dan penduduk setempat pun keluar dan mengejar Boyo Pati yang lari ke arah selatan.
Setelah lari sekian jauh Boyo Pati terjebak karena didepannya sudah tidak ada jalan, yang ada adalah sebuah telaga yang penuh dengan ikan lele bule, sedangkan dibelakangnya adalah para santri mbok Rondo dan para penduduk yang mengejarnya. Tidak ada jalan lain bagi Boyo Pati kecuali memasuki telaga yang mengerikan, dia berfikir lebih baik mati dimakan ikan-ikan tersebut dari pada mati di tangan para pengejarnya yang berarti gagal mengemban misi dari kanjeng sunan. Maka dengan mengerahkan kesaktiannya dia pun masuk dan menyelam kedalam telaga tersebut beberapa saat kemudian para santri dan penduduk yang mengejarnya telah sampai di depan telaga dan tidak menemukan buruan mereka, mereka yakin kalau pencuri itu masuk ke dalam telaga akan menjadi santapan lele-lele tersebut. Beberapa saat kemudian mereka pun kembali dan meninggalkan telaga tersebut, sesaat kemudian Boyo Pati keluar dari telaga dengan selamat, pada saat ia menyadari bahwa dirinya masih hidup oleh karena itulah dia bersumpah bahwa dia dan seluruh anak turunya tidak akan makan ikan lele.
Demikianlah singkat cerita dari asal muasal warga Lamongan dilarang memakan ikan Lele, tetapi tidak semua orang percaya akan apa yang terjadi dan menajadi fenomena menarik di pedalaman kabupaten Lamongan tersebut, dan sebagian orang hanya menganggap hal tersebut sebagai mitos.
This entry was posted on 21.06 and is filed under Sejarah Lamongan . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
0 komentar:
Posting Komentar