Sudahkah Anda pernah dengar tentang sejarah Panji Laras Liris, kalau belom kemana saja…….!!!!! (he…he…he… Just Kidding ) Okey saya akan jelaskan kembali awal mula terjadinya sejarah Panji Laras Liris. Kalau kita warga Lamongan asli kita pasti tidak akan asing dengan sejarah panji laras liris ini, okey langsung saja begini sejarahnya :

Sebuah tradisi yang diduga berhubungan dengan sejarah leluhur Lamongan, bahwasanya tradisi perempuan yang harus meminang ( melamar ) laki – laki terlebih dahulu sampai sekarang masih banyak dipercayai oleh warga sekitar, walaupun tradisi itu sudah ditinggalkan, tatapi masih saja ada warga yang memakai tradisi itu. Tradisi itu diduga kuat berhubungan dengan sejarah leluhur Lamongan yang bernama Panji Laras Liris.
Dalam riwayat Panji Laras Liris di ungkapkan, pada sekitar tahun 1640-1665 Kabupaten Lamongan dipimpin Bupati ketiga. Yakni Raden Panji Puspa Kusuma dengan gelar Kanjeng Gusti Adipati. Bupati itu mempunyai dua putra yaitu Panji Laras dan Panji Liris, sehingga mengakibatkan dua putri dari Adipati Wirasaba ( Wilayahnya sekitar kertasono nganjuk ) yakni Dewi Andanwangi dan Dewi Andansari jatuh hati.
Karena Adipati Wirasaba didesak oleh kedua putrinya akhirnya beliau menuruti keinginan putrinya untuk melamar panji laras dan panji liris di Lamongan, yang pada saat itu Wirasaba belum memluk agama Islam, sedangkan di Lamongan Islam sudah sangat melekat.
Untuk menyikapi hal itu, Panji Laras dan Liris meminta haiah berupa dua genuk dan dua tikar yang terbuat dari batu, sebeb genuk mengandung isyarat tempat untuk mengambil air wudhu sedangkan tikar untuk shalat yang mempunyai tujuan agar Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi mau masuk Islam.
Kemudian Adipati Wirasaba memnuhi permintaan itu, dan kedua putrinya membawa langsung benda – benda tersebut dengan naik perahu yang dikawal oleh prajurit. Kedatangan ke dua putri tersebut disambut langsung oleh Panji Laras Liris di pinggir kali Lamongan.
Ketika akan turun dari perahu kain panjang Dewi andansari dan Dewi Andanwangi terbuka dan kelihatan betisnya. Melihat betis kedua putrid tersebut Panji Laras Liris tercengang ketakutan karena melihat betis kedua putri itu berbulu lebat.
Hal itu merupakan suatu penghinaan bagi prajurit Wirasaba, kemudian mereka mengajar Panji Laras dan Panji Liris demikian pula prajurit dari lamongan juga harus melindungi kedua pemuda tersebut yang akhirnya terjadi perang Babad. Dalam perang tersebut Panji Laras dan Panji Liris tewas, termasuk Pati Mbah Sabilan.
Jenazah mbah sabilan dimakamkan dikelurahan Tumenggungan, sedangkan jenzah Panji Laras dan Panji Liris serta Dewi Andansari dan dewi Andanwangi menjadi nama jalan di Kota Lamongan. Jalan tersebut diberi nama jalan Laras Liris dan jalan Andanwangi serta jalan Andansari.
Mbah Sabilan maupun Panji Laras dan Liris dinilai meninggal dunia ketika sedang berjuang untuk syi’ar Islam.

Nach……, demikian itu lah secuil cerita dari kisah Panji Laras dan Panji Liris, semoga dapat menginspirasikan kita, ambil sisi baiknya yach……..!!!